Oleh : Vera Halfiani
20 Desember 2008
Bila mendengar kata video game, yang langsung terbesit di benak orang tua adalah rasa kekhawatiran akan dampak buruk dari video game itu terhadap anak-anak mereka yang suka bermain video game. Kebanyakan orang tua akan langsung berpikir bahwa video game membuat anak menjadi malas belajar dan baca buku, memiliki sifat individualis atau suka menyendiri, jadi lupa waktu, bahkan menyebabkan timbulnya sifat agresif atau kekerasan pada anak. Pokoknya yang terpikir adalah sisi negatif dari video game tersebut.
Kalau dulu orang tua bisa berkata begitu, sekarang sudah tidak jamannya lagi. Faktanya sekarang, video game juga membawa dampak yang positif bagi para playernya. Dan sekarang, beberapa sekolah di luar negri sana, sudah ada yang menggunakan video game sebagai media edukasi.
Menurut James Paul Gee, dosen di University of Wisconsin – Madison, Amrik, sebagian besar yang dituduhkan pada video game tidaklah benar. “Game juga ada manfaatnya, kok”, ujar penulis buku What Video Game Have to teach Us About Learning and Literacy ini. Jumlah peneliti yang setuju dengan Gee pun makin bertambah. Jika digunakan dengan benar, video game dan game komputer berpotensi sebagai sarana untuk belajar.
Beberapa jenis game, diteliti juga memiliki nilai-nilai edukasi. Misalnya, game simulasi dan petualangan seperti Sim City dapat membantu mengembangkan pemikiran strategis dan skill merancang pada anak-anak. Selain itu, para guru dan ortu juga juga berpendapat, game-game dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam matematika, membaca, dan mengeja.
Para peneliti di Teachers Investigating Educational Multimedia,Inggris, menemukan, mereka yang main game komputer tertentu membuat otak pemainnya kian andal. Setelah meneliti lebih dari 700 sukarelawan usia 7 hingga 16 tahun, terbukti kemampuan logika, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan memecahkan persoalan meningkat. Riset juga membuktikan bahwa game mampu mengembangkan pola pikir strategis pada anak. Hasil lainnya, terungkap bahwa anak-anak pada usia tersebut lebih suka main game berdua atau rame-rame daripada main sendirian. So, siapa bilang gamer itu individualis?
Beberapa peneliti dari University of Rochester, New York, Amrik, juga melakukan riset. Dalam riset ini, gamer berusia antara 18 – 23 tahun dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama memainkan game Medal of Honor satu jam tiap hari selama sepuluh hari betrurut-turut. Hasil penelitian menyatakan bahwa mereka lebih memiliki fokus terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka, dibandingkan mereka yang jarang main game apalagi tidak pernah (kelompok kedua). Gamer-gamer itu juga mampu menguasai beberapa hal dalam waktu yang sama.
Selain itu, bermain game dapat membuat orang tertarik pada hal-hal baru. Banyak game yang dibuat berdasarkan sejarah-sejarah atau mitology yang ada di dunia. Misalnya saja, geme keluaran Koei, yaitu Samurai Warrior yang diangkat dari sejarah jepang dan Kingdom Warrior yang didasarka pada sejarah Cina kuno. Paling tidak, kita jadi tau tokoh-tokoh yang muncul dalam sejarah dan kejadian yang terjadi pada masa itu. Hal ini bisa manimbulkan rasa ingin tahu lebih banyak tentang sejarah-sejarah tersebut.
Game sekarang juga banyak yang based on movie, yang mana movie tersebut juga diangkat dari cerita di dalam buku atau novel terkenal, seperti Harry Potter, ataupun The Da Vinci Code. Nah, untuk orang tua, bisa saja mengajak anaknya yang suka main game sejenis ini untuk pergi ke toko buku melihat-lihat buku-buku yang dijadikan game-game tersebut. Anak-anak bisa jadi lebih tertarik untuk membaca buku.
Game-game sekarang semakin kreatif saja, genre-nya pun bervariasi. Kita bisa memilih game sesuai dengan genre yang kita sukai. Setiap game memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Ada game yang ber-genre adventure atau rpg(role playing game) yang biasanya menyajikan suatu storyline yang bisa jadi pengalaman baru bagi para gamer. Juga ada game sejenis Brain Age yang bisa melatih kemampuan otak kiri dan kanan kita setiap hari. Game-game action yang biasanya mengharuskan gamer memiliki respon yang cepat untuk menjalankan aksi-aksi di dalam game.
Game keluaran luar negeri yang sampai ke Indonesia biasanya masih dalam versi bahasa asingnya, misalnya game masih disajikan dalam versi bahasa jepang ataupun bahasa Inggris. Nah, sebenarnya hal ini merupakan suatu keberuntungan bagi gamer Indonesia. Game bisa jadi media yang asyik buat belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris yang digunakan di dalam sebuah video game juga bervariasi. Ada tipe bahasa Inggris yang formal dan puitis, seperti pada game trilogi Xenosaga. Ada juga yang menggunakan bahasa Inggris type friend style. Jadi, kosakata bahasa Inggris kita bisa jadi lebih kaya. Bagi yang ingin meningkatkan kemampuan dalam membaca huruf-huruf Jepang(Kanji, hiragana, ataupun katakana), ada juga tuh game yang masih dalam versi Jepang-nya. Nah, bertambah satu lagi kebaikan dari video game.
Setelah melihat semua fakta kebaikan video game diatas, namun tidak bisa kita pungkiri bahwa game juga memiliki sisi negatif. Juga ada game yang mengandung kekerasan dan pornografi di dalamnya. Game semacam ini memang tidak layak untuk dimainkan khususnya anak-anak. Oleh karena itu, para gamer haruslah berhati-hati dalam memilih suatu game yang akan dimainkan. Pilihlah game yang memiliki rating sesuai dengan usia kita. Dan di sinilah diperlukan peran orang tua dalam mengawasi anak-anaknya dalam memilih video game.
Game juga tidak baik jika dimainkan secara berlebihan. Apapun yang dilakukan secara berlebihan tentunya akan membawa dampak yang tidak baik. So, buat para gamer, jangan overdosis dalam bermain game. Dan bagi ortu-ortu yang sangat memperhatikan perkembangan anaknya, jangan langsung melarang anaknya bermain game. Ayo dong gabung sama anaknya bermain game, bisa tambah kekompakan sambil terus mengawasi perkembangan anaknya.
Kebaikan-kebaikan videogame yang sekarang telah terbukti, memang menjadi kabar gembira buat para pecinta video game. Namun bukan berarti main video game lebih baik dari pada belajar dan mengerjakan pr. Intinya kita jangan sampai lupa waktu dalam bermain game. Kita juga harus membedakan antara dunia maya dan dunia nyata. Dewasalah dalam bermain game. Sebenarnya, manfaat dari video game tergantung dari gamer-nya sendiri dalam mengambil manfaat dari video game tersebut.
20 Desember 2008
Bila mendengar kata video game, yang langsung terbesit di benak orang tua adalah rasa kekhawatiran akan dampak buruk dari video game itu terhadap anak-anak mereka yang suka bermain video game. Kebanyakan orang tua akan langsung berpikir bahwa video game membuat anak menjadi malas belajar dan baca buku, memiliki sifat individualis atau suka menyendiri, jadi lupa waktu, bahkan menyebabkan timbulnya sifat agresif atau kekerasan pada anak. Pokoknya yang terpikir adalah sisi negatif dari video game tersebut.
Kalau dulu orang tua bisa berkata begitu, sekarang sudah tidak jamannya lagi. Faktanya sekarang, video game juga membawa dampak yang positif bagi para playernya. Dan sekarang, beberapa sekolah di luar negri sana, sudah ada yang menggunakan video game sebagai media edukasi.
Menurut James Paul Gee, dosen di University of Wisconsin – Madison, Amrik, sebagian besar yang dituduhkan pada video game tidaklah benar. “Game juga ada manfaatnya, kok”, ujar penulis buku What Video Game Have to teach Us About Learning and Literacy ini. Jumlah peneliti yang setuju dengan Gee pun makin bertambah. Jika digunakan dengan benar, video game dan game komputer berpotensi sebagai sarana untuk belajar.
Beberapa jenis game, diteliti juga memiliki nilai-nilai edukasi. Misalnya, game simulasi dan petualangan seperti Sim City dapat membantu mengembangkan pemikiran strategis dan skill merancang pada anak-anak. Selain itu, para guru dan ortu juga juga berpendapat, game-game dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam matematika, membaca, dan mengeja.
Para peneliti di Teachers Investigating Educational Multimedia,Inggris, menemukan, mereka yang main game komputer tertentu membuat otak pemainnya kian andal. Setelah meneliti lebih dari 700 sukarelawan usia 7 hingga 16 tahun, terbukti kemampuan logika, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan memecahkan persoalan meningkat. Riset juga membuktikan bahwa game mampu mengembangkan pola pikir strategis pada anak. Hasil lainnya, terungkap bahwa anak-anak pada usia tersebut lebih suka main game berdua atau rame-rame daripada main sendirian. So, siapa bilang gamer itu individualis?
Beberapa peneliti dari University of Rochester, New York, Amrik, juga melakukan riset. Dalam riset ini, gamer berusia antara 18 – 23 tahun dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama memainkan game Medal of Honor satu jam tiap hari selama sepuluh hari betrurut-turut. Hasil penelitian menyatakan bahwa mereka lebih memiliki fokus terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka, dibandingkan mereka yang jarang main game apalagi tidak pernah (kelompok kedua). Gamer-gamer itu juga mampu menguasai beberapa hal dalam waktu yang sama.
Selain itu, bermain game dapat membuat orang tertarik pada hal-hal baru. Banyak game yang dibuat berdasarkan sejarah-sejarah atau mitology yang ada di dunia. Misalnya saja, geme keluaran Koei, yaitu Samurai Warrior yang diangkat dari sejarah jepang dan Kingdom Warrior yang didasarka pada sejarah Cina kuno. Paling tidak, kita jadi tau tokoh-tokoh yang muncul dalam sejarah dan kejadian yang terjadi pada masa itu. Hal ini bisa manimbulkan rasa ingin tahu lebih banyak tentang sejarah-sejarah tersebut.
Game sekarang juga banyak yang based on movie, yang mana movie tersebut juga diangkat dari cerita di dalam buku atau novel terkenal, seperti Harry Potter, ataupun The Da Vinci Code. Nah, untuk orang tua, bisa saja mengajak anaknya yang suka main game sejenis ini untuk pergi ke toko buku melihat-lihat buku-buku yang dijadikan game-game tersebut. Anak-anak bisa jadi lebih tertarik untuk membaca buku.
Game-game sekarang semakin kreatif saja, genre-nya pun bervariasi. Kita bisa memilih game sesuai dengan genre yang kita sukai. Setiap game memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Ada game yang ber-genre adventure atau rpg(role playing game) yang biasanya menyajikan suatu storyline yang bisa jadi pengalaman baru bagi para gamer. Juga ada game sejenis Brain Age yang bisa melatih kemampuan otak kiri dan kanan kita setiap hari. Game-game action yang biasanya mengharuskan gamer memiliki respon yang cepat untuk menjalankan aksi-aksi di dalam game.
Game keluaran luar negeri yang sampai ke Indonesia biasanya masih dalam versi bahasa asingnya, misalnya game masih disajikan dalam versi bahasa jepang ataupun bahasa Inggris. Nah, sebenarnya hal ini merupakan suatu keberuntungan bagi gamer Indonesia. Game bisa jadi media yang asyik buat belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris yang digunakan di dalam sebuah video game juga bervariasi. Ada tipe bahasa Inggris yang formal dan puitis, seperti pada game trilogi Xenosaga. Ada juga yang menggunakan bahasa Inggris type friend style. Jadi, kosakata bahasa Inggris kita bisa jadi lebih kaya. Bagi yang ingin meningkatkan kemampuan dalam membaca huruf-huruf Jepang(Kanji, hiragana, ataupun katakana), ada juga tuh game yang masih dalam versi Jepang-nya. Nah, bertambah satu lagi kebaikan dari video game.
Setelah melihat semua fakta kebaikan video game diatas, namun tidak bisa kita pungkiri bahwa game juga memiliki sisi negatif. Juga ada game yang mengandung kekerasan dan pornografi di dalamnya. Game semacam ini memang tidak layak untuk dimainkan khususnya anak-anak. Oleh karena itu, para gamer haruslah berhati-hati dalam memilih suatu game yang akan dimainkan. Pilihlah game yang memiliki rating sesuai dengan usia kita. Dan di sinilah diperlukan peran orang tua dalam mengawasi anak-anaknya dalam memilih video game.
Game juga tidak baik jika dimainkan secara berlebihan. Apapun yang dilakukan secara berlebihan tentunya akan membawa dampak yang tidak baik. So, buat para gamer, jangan overdosis dalam bermain game. Dan bagi ortu-ortu yang sangat memperhatikan perkembangan anaknya, jangan langsung melarang anaknya bermain game. Ayo dong gabung sama anaknya bermain game, bisa tambah kekompakan sambil terus mengawasi perkembangan anaknya.
Kebaikan-kebaikan videogame yang sekarang telah terbukti, memang menjadi kabar gembira buat para pecinta video game. Namun bukan berarti main video game lebih baik dari pada belajar dan mengerjakan pr. Intinya kita jangan sampai lupa waktu dalam bermain game. Kita juga harus membedakan antara dunia maya dan dunia nyata. Dewasalah dalam bermain game. Sebenarnya, manfaat dari video game tergantung dari gamer-nya sendiri dalam mengambil manfaat dari video game tersebut.